Pagi itu Dia berlari sekencang-kencangnya. Tak peduli lagi dengan butir-butir hujan yang memukul tubuhnya dari arah langit. Roman tegang b...

Aku Sayang Kamu

Pagi itu Dia berlari sekencang-kencangnya. Tak peduli lagi dengan butir-butir hujan yang memukul tubuhnya dari arah langit. Roman tegang bercampur panik tampak diwajahnya. Dipersimpangan jalan itu Dia semakin mempercepat langkahnya berlari.
Berharap. . . . .
Berharap dirinya belum benar-benar terlambat, yang Dia tahu pemikiran semacam itu adlah keliru. Karena Dia memangtelah terlambat sejak peristiwa itu.
Terlambat untuk melakukan sesuatu yang seharusnya Ia lakukan jauh sebelum HARI INI.

***

Dia sampai juga ditempat itu. Ia berhenti berlari, dan mulai melangkah dengan lambat.
Menghampiri.
Lalu Ia terduduk begitu saja disitu, seakan tubuhnya tak ada daya lagi. Air mata seketika itu mengucur deras dari balik kelopak matanya.
Dia menangis.
Benar-benar penyesalan yang tampak pada raut wajahnya. Dari balik ributnya gemuruh air hujan yang menemaninya hari itu, Ia mulai mengucapkan kata-katanya. Dan suara paraunya itu tampak samar terdengar.
"Aku takkan pernah memaafkan diriku... Karena Aku telah membuat suatu kesalahan yang tentu saja akan terus menghantuiku.Mungkin sampai aku melihatmu lagi, dan itu tak mungkin"
"Aku seharusnya mengatakan ini sebelum saat ini."
Saat itu pula air matanya semakin mengucur deras, seakan mengalahkan derasnya air hujan yang menampar-nampar wajahnya pagi itu. Dia mulai melanjutkan ucapannya setelah berusaha mungkin mengeluarkan siara dari mulutnya, yang hampir saja membisu oleh situasi saat itu.
"A..ku.. . . . ."
"Aku Sayang Kamu . . . . . "

Dia berdiri setelah itu, mulai meninggalkan tempat itu dengan hatinya yang hancur tak tertahankan....
Sesaat Dia berbalik menatap Sebuah ukiran Nama yang terpahatkan di Batu Nisan itu. Berusaha mengingat seraut wajah, pemilik Nama itu...
Kemudian Dia berlari meninggalkan tempat itu.
Tanpa tahu. . . .
Tanpa tahu harus kemana......

-20090305-

0 komentar: