Tadinya.
Kau tahu, benar-benar melayang.
Terbang dan punya sayap.
Sayap yang kudapatkan bukan dari lahir.
Haha, kau pasti bercanda jika mengatakan manusia terlahir dengan sayap.
Tidak.
Sayap yang aku dapatkan karena telah melakukan hal besar untuk seorang.
Seorang guru yang menjadi teladanku dan mengajarkanku banyak hal.
Tepat sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya,
beliau memberikan sayapnya kepadaku.
Sejak saat itulah aku mempunyai sayap dan benar-benar merasakan kehidupan di udara.
Guruku sempat berpesan padaku tentang satu hal penting.
Bahwa sayap itu tidak abadi. Lupa tentang siapa diriku sendiri akan membuat aku kehilangan sayap itu.
Setidaknya begitu maksud yang disampaikan guruku saat itu.
Begitulah hari-hariku berlangsung setelahnya.
Aku menggunakan sayap itu untuk berkelana di cakrawala.
Menembus awan dan pergi ketempat baru yang belum pernah aku datangi sebelumnya.
Dunia yang aku temui setiap aku bepergian sangat indah dan setiap tempat selalu memiliki khasnya masing-masing.
Pernah dengar ceritaku tentang temanku whitelight yang aku jumpai pertama kali di Parade Hijau beberapa tahun lalu?
aku tidak menyangka aku bertemu dengannya lagi. Tapi kali ini ada yang berbeda.
Aku bertemu dengannya lagi disuatu tempat bernama Bukit Air Melayang.
Tempat yang tak kalah indah, dimana disini semua air melayang diudara.
Dan saat itu dia yang menemukanku sedang beristirahat ditempat itu.
Aku terkejut melihatnya. Dia sangat berbeda.
Dia berada diatas salah satu kumpulan air yang melayang.
Dia bilang dia telah kehilangan sayapnya.
Dan dia tidak bisa terbang lagi. Terperangkap di Bukit Air Melayang.
Ternyata karena itu aku tidak pernah melihatnya lagi setelah Parade Hijau.
Aku bertanya padanya apa yang akan dia lakukan jika sekarang dia bisa punya sayap lagi.
Dia menatapku dengan tatapan penuh ambisi dan keseriusan.
***
Ada hal yang tak bisa aku ceritakan pada kalian.
Hal yang sedang dia lakukan sekarang.
Disuatu tempat yang katanya tempat penuh suka cita.
Dan hal yang membuat aku merelakan sayapku kepada temanku itu.
Dan aku sekarang tinggal di Bukit Air Melayang itu.
Membangun rumahku disini.
Menunggu teman cahayaku itu kembali dengan membawa misi yang telah selesai.
Aku percaya kepadanya.
Setidaknya begitulah cerita dimana aku kehilangan sayapku.
Aku kembali teringat pesan guruku,
Lupa tentang siapa diriku sendiri akan membuat aku kehilangan sayap itu.
Aku pikir guruku salah tentang satu hal, bahwa bukan cuma itu yang membuat aku kehilangan sayapku.
Aku tidak yakin aku benar-benar membutuhkan sayap itu lagi.
Tapi teman cahayaku ia.
0 komentar:
Post a Comment