Tampak tangguh diluar, tapi siapa yang tahu kalau jiwanya sekarat.
Senyum manisnya menyembunyikan perasaan marah yang terpendam.
Tangan penuh darah dimasa lalu.
Sudah seperti itu adanya kala jiwanya dibentuk.
Tapi bagaimanapun juga, dia tetap wanita.
Seorang wanita yang anggun.
Gerbang kebahagian dan kebebasannya dihancurkan oleh pencinta dari masa lampau.
Bahkan kakinya tak pernah menjejakkan langkah melewatinya.
Darah selalu berhubungan dengan darah.
Empat tahun berselang mereka pikir dia telah mati.
Kini dia terbangun dari tidur panjang yang melelahkan.
Dengan berusaha mengumpulkan tenaga, dia mencoba mengingat
hari terakhir yang bisa dia ingat.
Dia masih seorang wanita yang anggun.
Dengan membawa keadilan ditangannya
Dia mengejar mereka
satu-persatu perenggut kebahagiaan itu diadilinya
Hingga pada perenggut terakhir, pencinta dari masa lampau.
Dan dia bertemu dengan sosok baru dari cerita hidupnya.
Seorang gadis kecil berambut ikal berwarna pirang itu tersenyum kepadanya.
Dia memeluk gadis itu dan membawanya
Untuk memulai kehidupan barunya
Menemukan kebahagiaanya.
Benarkah yang telah dilakukannya?
Mengadili para perenggut-perenggut kebahagiaan itu?
Merampas pekerjaan Tuhan dengan menentukan hidup atau mati?
Seakan dia mendengar aku bertanya,
aku bisa mendengar dia menjawab,
"Tanyakan pada perenggut-perenggut itu, bukan aku.
Karena aku melakukan hal yang aku anggap benar.
Dan aku tidak peduli"
Sambil menyimpulkan senyum kecil dibibirnya,
dia melangkah pergi dari tempat itu.
Bersama gadis kecil itu.
Dan aku masih setuju satu hal
Walaupun tangannya penuh dengan darah
Dia tetap seorang wanita yang anggun
(illustration from deviantart/Acxaron)
0 komentar:
Post a Comment